Pengendalian Gulma Air, Eceng Gondok di Perairan
Media Penyuluhan Perikanan - Pengendalian Gulma Air, Eceng Gondok di Perairan
Persaratan Teknis Penerapan Teknologi Pengendalian Gulma Ecenggondok meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pengendalian ecenggondok dilakukan di perairan danau atau waduk dengan kepadatan gulma ecenggondok yang tinggi (10 kg/m2)
Jenis teknologi pengendalian ecenggondok yang diterapkan adalah kombinasi antara
pengendalian secara fisik dan biologis
c. Pengendalian dilakukan secara fisik dan biologis yaitu dengan cara memanen ecenggondok yang kemudian daunnya digunakan sebagai makanan ikan herbivor (misal : ikan koan, Ctenoparyngodon idella) yang dipelihara dalam keramba jaring apung dan batangnya (petiol) dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan (industri kreatif) serta akarnya untuk bahan kompos atau biogas
Benih ikan koan yang siap untuk mengkonsumsi daun ecenggondok berukuran panjang > 15 cm dan berat > 20 gram
Wadah pemeliharaan ikan koan yang berupa karamba jaring apung/tancap ukuran minimal 2x2x2 m.
Uraian lengkap dan detail SOP, mencakup:
Identifikasi luasan perairan yang ditutupi ecenggondok untuk menghitung potensi ecenggondok yang berupa daun sebagai sumber pakan ikan koan, petiol sebagai bahan baku kerajinan tangan dan akar sebagai bahan baku kompos atau biogas
Gulma air ecenggondok di perairan harus dilokalisir agar tidak bergerak kesana kemari tetapi terpusat di suatu lokasi
Pengadaan benih ikan koan ukuran panjang 15 cm dan berat 20 gram.
Pengadaan sarana pemeliharaan ikan koan yang berupa kantong jaring, rakit karamba, dan perlengkapannya dengan ukuran minimal karamba 2x2x2 m.
Ikan koan dipelihara dengan kepadatan 100-200 ekor/karamba dan diberi makanan daun ecenggondok sebanyak 4-7% dari berat ikan yang dipelihara.
Pemberian makan daun ecenggondok dilakukan satu kali sehari Cara penerapan teknologi yang diurut mulai persiapan sampai aplikasi.
Kaji terap teknologi pengendalian gulma ecenggondok ini sudah dilakukan di Danau Limboto, Gorontalo dan dapat dilakukan di 15 Danau kritis (Kementrian Lingkungan Hidup) dan Rawa Pening, waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur, Situ Cangkuang, serta situ Bagendit.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI :
Teknologi pengendalian gulma ecenggondok ini adalah teknologi modifikasi yang merupakan kombinasi dari teknologi pengendalian secara fisik dan biologis dengan menggunakan ikan koan.
Teknologi pengendalian gulma ecenggondok ini layak untuk dikembangkan di perairan danau atau waduk yang tercemar ecenggondok. Teknologi pengendalian secara terpadu ini telah mampu mengubah gulma ecenggondok menjadi biomasa ikan, bahan baku industri kerajinan/kreatif dan sumber biogas untuk keperluan rumah tangga. Namun pada teknologi ini, penekanan utama adalah dalam mengkonversi biomasa daun ecenggondok menjadi biomasa ikan sehingga menjadi produk yang bernilai ekonomi baik untuk keperluan konsumsi masyarakat maupun sekaligus meningkatkan pendapatan pembudidaya serta pelestarian lingkungan perairan. Pemanfaatan daun ecenggondok pada budidaya ikan koan mempunyai keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan pengendalian biologis dengan cara menebarkan ikan koan secara langsung di perairan. Jika ikan koan ditebar langsung di perairan, maka pada tahap awal ikan koan akan makan tumbuhan air yang disukai terlebih dahulu seperti ganggang (Hydrilla spp, Ceratophylum sp, dsb) sehingga tumbuhan air tersebut habis dan kemudian baru beralih ke akar ecenggondok dan terakhir ke daun ecenggondok setelah ecenggondok mati. Padahal keberadaan tumbuhan air ganggang sangat diperlukan untuk penempelan telur dan perlindungan benih ikan asli di perairan. Kasus penebaran ikan koan yang langsung dilepas ke perairan danau untuk mengendalikan ecenggondok ini telah berhasil dilakukan di Danau Kerinci namun akhirnya berdampak negatif terhadap penurunan populasi ikan asli seperti ikan semah (Tor duorenensis) yang sangat ekonomis.
Teknologi pengendalian gulma ecenggondok secara fisik dan biologis merupakan teknologi sederhana sehingga mudah diterapkan oleh masyarakat sekitar perairan yang tercemar gulma ecenggondok. Hasil analisis proksimat ecenggondok mengandung protein (Akar=17,7%, Batang= 4,86% dan Daun= 19,83%) (Krismono, 2007), sehingga memenuhi syarat untuk pakan ikan. Secara ekonomis menguntungkan karena komponen pakan yang antara 60-70% dari biaya produksi pada budidaya ikan dalam KJA dengan mudah didapat tanpa mengeluarkan biaya untuk membelinya. Disamping itu, biomassa daun ecenggondok akan dikonversi menjadi biomassa ikan yang ekonomis. Penerapan teknologi pengendalian ini secara terpadu dapat diterapkan di masyarakat dengan menciptakan kegiatan industri kerajinan untuk memanfaatkan batang/petiol ecenggondok dan bahan bakar gas atau kompos untuk pupuk dengan memanfaatkan akar ecenggondok sehingga ecenggondok yang berupa gulma menjadi bahan baku yang bernilai ekonomis. Hal ini telah dilakukan di waduk Rawapening dan di danau Limboto. Dalam pengembangan budidaya ikan koan perlu dikembangkan kelembagaan pembenihannya sehingga pasok benih ikan koan dapat terjamin.
Teknologi pengendalian ecenggondok secara fisik dengan cara mengangkatnya ke luar perairan yang selama ini sering dilakukan di beberapa perairan akan membutuhkan biaya yang tinggi dan hanya sesaat karena tidak ada produk yang secara berkelanjutan dihasilkan dan bernilai ekonomis.
Teknologi pengendalian gulma yang diterapkan merupakan teknologi yang ramah lingkungan dan akan berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan perairan.
Kebaharuan teknologi ini dapat menentukan waktu pengendalian gulma air yang ada berdasarkan jumlah/ukuran ikan yang dibudidayakan dan ramah lingkungan.
Indikator keberhasilan dapat dihitung bila ada 1.000 petak Keramba jaring apung ikan koan dengan pakan eceng gondok dalam satu periode pemeliharaan mengurangi sekitar 120 ha luas tutupan eceng gondok. Bila pemanfaatan eceng gondok digunakan juga untuk kerajinan dan biogas, sehingga yang digunakan untuk pakan hanya daunnya berarti 10 % bagian dari seluruh pohon, maka dengan jumlah KJA 1.000 petak dapat mengurangi 1.200 ha.
TUJUAN DAN
MANFAAT PENERAPAN TEKNOLOGI
Tujuan dari
penerapan teknologi pengendalian gulma air ecenggondok adalah untuk
mengendalikan pertumbuhan ecenggondok di perairan sehingga keberadaannya tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sumber daya ikan dan perairan.
Teknologi pengendalian gulma air ecenggondok ini sangat bermanfaat untuk
memulihkan fungsi ekologis perairan dan sekaligus berguna sebagai teknologi
pemanfaatan ecenggondok sebagai sumber makanan ikan (bisa seluruh pohon atau
daunnya saja. Bila daunnya saja (10 % dari pohon) maka batangnya (50 % bagian
pohon) dapat digunakan untuk kerajinan kreatif dengan catatan panjang minimum
60 Cm dan perlu adanya pelatihan serta akarnya (40 % bagian pohon) sebagai
bahan baku kompos atau biogas, memerlukan sarana dan teknologi yang harus
dimiliki. Teknologi ini dapat diterapkan secara efektif di perairan umum
daratan terutama di perairan danau dan waduk yang sudah digolongkan perairan
kritis sebagai akibat cemaran gulma air sehingga kelestarian lingkungan
perairan terjamin.
PENGERTIAN/ISTILAH/DEFINISI
Gulma air adalah tumbuhan
air yang keberadaannya di perairan secara ekologi merugikan karena
pertumbuhannya melebihi manfaatnya
sehingga keberadaannya tidak diinginkan.
Ecenggondok, Eichhornia crassipes
adalah tumbuhan air mengapung yang keberadaannya di perairan umum daratan
merupakan salah satu gulma penting.
Perairan umum daratan adalah perairan yang dihitung dari garis pantai
surut terrendah sampai daratan, baik berupa sungai, danau, waduk, rawa dan
perairan genangan lainnya.
Danau kritis
adalah danau yang sudah mengalami perubahan ekologis yang cenderung
mengakibatkan gangguan kelestarian atau keberadaannya dan hal itu dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain : gulma air, pendangkalan, dan
pencemaran.
Persaratan Teknis Penerapan Teknologi Pengendalian Gulma Ecenggondok meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pengendalian ecenggondok dilakukan di perairan danau atau waduk dengan kepadatan gulma ecenggondok yang tinggi (10 kg/m2)
Jenis teknologi pengendalian ecenggondok yang diterapkan adalah kombinasi antara
pengendalian secara fisik dan biologis
c. Pengendalian dilakukan secara fisik dan biologis yaitu dengan cara memanen ecenggondok yang kemudian daunnya digunakan sebagai makanan ikan herbivor (misal : ikan koan, Ctenoparyngodon idella) yang dipelihara dalam keramba jaring apung dan batangnya (petiol) dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan (industri kreatif) serta akarnya untuk bahan kompos atau biogas
Benih ikan koan yang siap untuk mengkonsumsi daun ecenggondok berukuran panjang > 15 cm dan berat > 20 gram
Wadah pemeliharaan ikan koan yang berupa karamba jaring apung/tancap ukuran minimal 2x2x2 m.
Uraian lengkap dan detail SOP, mencakup:
Identifikasi luasan perairan yang ditutupi ecenggondok untuk menghitung potensi ecenggondok yang berupa daun sebagai sumber pakan ikan koan, petiol sebagai bahan baku kerajinan tangan dan akar sebagai bahan baku kompos atau biogas
Gulma air ecenggondok di perairan harus dilokalisir agar tidak bergerak kesana kemari tetapi terpusat di suatu lokasi
Pengadaan benih ikan koan ukuran panjang 15 cm dan berat 20 gram.
Pengadaan sarana pemeliharaan ikan koan yang berupa kantong jaring, rakit karamba, dan perlengkapannya dengan ukuran minimal karamba 2x2x2 m.
Ikan koan dipelihara dengan kepadatan 100-200 ekor/karamba dan diberi makanan daun ecenggondok sebanyak 4-7% dari berat ikan yang dipelihara.
Pemberian makan daun ecenggondok dilakukan satu kali sehari Cara penerapan teknologi yang diurut mulai persiapan sampai aplikasi.
Kaji terap teknologi pengendalian gulma ecenggondok ini sudah dilakukan di Danau Limboto, Gorontalo dan dapat dilakukan di 15 Danau kritis (Kementrian Lingkungan Hidup) dan Rawa Pening, waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur, Situ Cangkuang, serta situ Bagendit.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI :
Teknologi pengendalian gulma ecenggondok ini adalah teknologi modifikasi yang merupakan kombinasi dari teknologi pengendalian secara fisik dan biologis dengan menggunakan ikan koan.
Teknologi pengendalian gulma ecenggondok ini layak untuk dikembangkan di perairan danau atau waduk yang tercemar ecenggondok. Teknologi pengendalian secara terpadu ini telah mampu mengubah gulma ecenggondok menjadi biomasa ikan, bahan baku industri kerajinan/kreatif dan sumber biogas untuk keperluan rumah tangga. Namun pada teknologi ini, penekanan utama adalah dalam mengkonversi biomasa daun ecenggondok menjadi biomasa ikan sehingga menjadi produk yang bernilai ekonomi baik untuk keperluan konsumsi masyarakat maupun sekaligus meningkatkan pendapatan pembudidaya serta pelestarian lingkungan perairan. Pemanfaatan daun ecenggondok pada budidaya ikan koan mempunyai keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan pengendalian biologis dengan cara menebarkan ikan koan secara langsung di perairan. Jika ikan koan ditebar langsung di perairan, maka pada tahap awal ikan koan akan makan tumbuhan air yang disukai terlebih dahulu seperti ganggang (Hydrilla spp, Ceratophylum sp, dsb) sehingga tumbuhan air tersebut habis dan kemudian baru beralih ke akar ecenggondok dan terakhir ke daun ecenggondok setelah ecenggondok mati. Padahal keberadaan tumbuhan air ganggang sangat diperlukan untuk penempelan telur dan perlindungan benih ikan asli di perairan. Kasus penebaran ikan koan yang langsung dilepas ke perairan danau untuk mengendalikan ecenggondok ini telah berhasil dilakukan di Danau Kerinci namun akhirnya berdampak negatif terhadap penurunan populasi ikan asli seperti ikan semah (Tor duorenensis) yang sangat ekonomis.
Teknologi pengendalian gulma ecenggondok secara fisik dan biologis merupakan teknologi sederhana sehingga mudah diterapkan oleh masyarakat sekitar perairan yang tercemar gulma ecenggondok. Hasil analisis proksimat ecenggondok mengandung protein (Akar=17,7%, Batang= 4,86% dan Daun= 19,83%) (Krismono, 2007), sehingga memenuhi syarat untuk pakan ikan. Secara ekonomis menguntungkan karena komponen pakan yang antara 60-70% dari biaya produksi pada budidaya ikan dalam KJA dengan mudah didapat tanpa mengeluarkan biaya untuk membelinya. Disamping itu, biomassa daun ecenggondok akan dikonversi menjadi biomassa ikan yang ekonomis. Penerapan teknologi pengendalian ini secara terpadu dapat diterapkan di masyarakat dengan menciptakan kegiatan industri kerajinan untuk memanfaatkan batang/petiol ecenggondok dan bahan bakar gas atau kompos untuk pupuk dengan memanfaatkan akar ecenggondok sehingga ecenggondok yang berupa gulma menjadi bahan baku yang bernilai ekonomis. Hal ini telah dilakukan di waduk Rawapening dan di danau Limboto. Dalam pengembangan budidaya ikan koan perlu dikembangkan kelembagaan pembenihannya sehingga pasok benih ikan koan dapat terjamin.
Teknologi pengendalian ecenggondok secara fisik dengan cara mengangkatnya ke luar perairan yang selama ini sering dilakukan di beberapa perairan akan membutuhkan biaya yang tinggi dan hanya sesaat karena tidak ada produk yang secara berkelanjutan dihasilkan dan bernilai ekonomis.
Teknologi pengendalian gulma yang diterapkan merupakan teknologi yang ramah lingkungan dan akan berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan perairan.
Kebaharuan teknologi ini dapat menentukan waktu pengendalian gulma air yang ada berdasarkan jumlah/ukuran ikan yang dibudidayakan dan ramah lingkungan.
Indikator keberhasilan dapat dihitung bila ada 1.000 petak Keramba jaring apung ikan koan dengan pakan eceng gondok dalam satu periode pemeliharaan mengurangi sekitar 120 ha luas tutupan eceng gondok. Bila pemanfaatan eceng gondok digunakan juga untuk kerajinan dan biogas, sehingga yang digunakan untuk pakan hanya daunnya berarti 10 % bagian dari seluruh pohon, maka dengan jumlah KJA 1.000 petak dapat mengurangi 1.200 ha.
WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN, PENGKAJIAN, PENGEMBANGAN, PENERAPAN DAN
WILAYAH/DAERAH YANG DIREKOMENDASIKAN:
Penelitian dilakukan di Danau Limboto, Gorontalo dengan luas 3.000 ha dan luas tutupan ecenggondok sebesar 1.000-2.000 ha atau 40-60% dari luas danau. Waktu penelitian sampai dengan pengembangan dilakukan mulai tahun 2006 sampai dengan 2008 dan penerapan teknologi dilakukan pada tahun 2009. Selama periode 2006-2008, telah dihasilkan data dan informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan air dan luas tutupan ecenggondok, ukuran benih ikan koan yang sesuai untuk makan daun ecenggondok, konversi pakan ikan koan, kepadatan optimum ikan koan dan pertumbuhan serta produksi ikan koan. Pada tahun 2009 penerapan teknologi pengendalian ecenggondok dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada kegiatan sebelumnya
Teknologi pengendalian ecenggondok ini dapat dilakukan di perairan danau dan waduk kritis yang tercemar dengan gulma air ecenggondok, yaitu di 15 danau kritis: Danau Toba, Danau Kerinci, Danau Singkarak dan Danau Maninjau di Pulau Sumatera, Danau Rawa Besar dan Danau Rawa Pening di Pulau Jawa, Danau Batur di Pulau Bali, Danau Tondano, Danau Limboto, Danau Poso, Danau Tempe, dan Danau Matano di Pulau Sulawesi, Danau Sentarum dan Danau Semayang, Melintang dan Jempang di Pulau Kalimantan serta Danau Sentani di Pulau Papua. Beberapa perairan waduk yang tercemar gulma ecenggondok antara lain Waduk Saguling dan Cirata, Situ Cangkuang dan Bagendit di Jawa Barat.
Opsi penerapan teknologi pengendalian eceng gondok di perairan umum daratan ini pada teknologi budididaya ikan koan/tawes/ikan herbivora dengan memanfaatkan gulma air eceng gondok sebagai pakan ikan.
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF
Dampak negatif yang mungkin timbul dari budidaya ikan koan dalam KJA dengan pakan berupa daun ecenggondok adalah sangat ringan (kecil) yaitu berupa penyuburan perairan dari sisa kotoran dan eksresi ikan koan.
Ikan koan (Ctenoparyngodon idella) adalah jenis ikan invasif bila terlepas ke perairan umum daratan.
KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA
KJA 2x2x2 m , padat tebar 200 ekor (20gr/ekor) dalam 90 hari menjadi (mortalitas 20% x 200 ekor) 160 ekor 500gr/ekor dengan pakan encenggondok. Biaya produksi untuk KJA Rp. 200.000,-/unit dan benih 200 ekor @ Rp. 300,- = Rp. 600.000,- Jumlah modal/unit = Rp. 800.000,-. Hasil panen 160 ekor x 500gr = 80kg @ Rp. 25.000,- = Rp. 2.000.000,-.
Keuntungan per unit = Rp. 2.000.000,- - Rp. 800.000,- = Rp. 1.200.000,-. Bila satu rumah tangga pembudidaya memiliki 6 unit maka penghasilan = Rp. 7.200.000,- per 3 bulan = Rp. 2.400.000,-per bulan.
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
Material yangg digunakan dalam penerapan teknologi pengendalian ecenggondok seluruhnya produksi dalam negeri. Ikan koan yang merupakan ikan introduksi dari China, kini pembenihannya sudah dapat dilakukan di Indonesia sehingga upaya penyediaan benihnya sudah tidak menjadi kendala lagi.
Diambil dari buku Rekomendasi Teknologi KP tahun 2014
https://distributorpupukhayatimaxigrow.wordpress.com/2017/09/27/selamat-datang-di-lele-biomaksi-medan-sumut-tim-komunitas-penggerak-maksiplus-sumatera-utara-whatsapp-call-62819-1653-9805/
ReplyDeleteMobile - 0819 1653 9805
Whatsapp / SMS - +62819 1653 9805
Jasa Profesional Penyedia Pemasangan Kolam Terpal Bioflok | Kolam Budidaya Lele BioMaksi Wilayah Sumatera Utara + Bimbingan Pembudidayaan Perikanan lele
TIM PENGGERAK WILAYAH PT. MAKSIPLUS UTAMA INDONESIA SUMATERA UTARA
Mempersembahkan TEROBOSAN TECHNOLOGY BUDIDAYA PERIKANAN TERBARU
Kesempatan Menjadi Pengusaha Budidaya Lele konsep Kolam Terpal LELE BIO FLOK | BIO MAKSI
Tim Budidaya Lele System Bio Maksi - merupakan Tim Leader Pergerakan MaksiPlus Wilayah Sumatera Utara yang berpengalaman dan berkontribusi pada bidang pembuatan kolam terpal serta manajemen budidaya ikan Lele Bio Flok / Bio Maksi.
Peluang Bisnis Budidaya Lele Organik Biomaksi...
Adalah Budidaya Lele BioFlok yaitu Kolam Bundar dengan menggunakan Tekhnologi Pupuk Hayati MaxiGrow dan Formula Biomaksinya...
Keuntungan Budidaya Ikan Menggunakan Kolam Terpal :
Tidak Membutuhkan Lahan Yang Luas
Hasil Panen Lebih Cepat dan Banyak
Budidaya Tersistem Dengan Teknologi Tepat Guna
Tempat Budidaya Bersih dan Tidak Berbau
Keuntungan Lebih Tinggi dan Melimpah
Keuntungan Budidaya Lele Biomaksi :
1.Tebar Padat 3000-5000 ekor ukuran.Kolam Diameter 2m Tinggi 1,2m.
2.Menekan/Irit Pakan, Lebih Hemat FCR 0,5 - 0,7 % .
3.Angka Kematian Dibawah 2%.
4.Air Tidak Berbau, Pembuangan Air Sedikit.
5.Panen Lebih Cepat Maks 2,5 bulan
6.Hemat Biaya, Hemat Waktu, Hemat Tempat.
7.Ikan Tidak Bau Lumpur, Lendir Sedikit, Tekstur daging Padat.
8.Limbah Kotoran dapat dijadikan Pupuk Tanaman.
Kami dari Komunitas Lele Biomaksi Siap Berbagi Ilmu dengan Anda.
Layanan Jasa Pemasangan Kolam Bio Flok | Bio Maksi
Minimal order 2 unit
Pilihan Ukuran Kolam
Diameter 2
Diameter 3
Diameter 4
Apa saja Paket Kolam Terpal Komplit itu ?
Terpal Pelindung
Selang aerator
Aerator Mesin
Wiremes iron
Terpal Utama Orchid
Pipa paralon T
Pipa paralon Putih
Kran valve
Elbow pipe
Baut clam wiremes
Clip plastic 1 bungkus
Clem pipa pembuangan
Lem pipa
Tali tambang
Airstones
Cover Dot Pipa
Harga sdh sama pemasangan
Bagi Anda Siapa saja yang ingin Budidaya Lele Biomaksi Bisa Hubungi kami ada penawaran HARGA MENARIK , Harga bisa kita diskusikan .
Anda akan di beri Panduan/Binaan dari Awal sampai Masa Panen. Banyak yang Sudah Membuktikan.
Anda akan di beri Panduan/Binaan dari Awal sampai Masa Panen.Banyak yang Sudah Membuktikan,
Sekarang Giliran Anda untuk Mengambil Peluang Bisnis Ini.
Informasi Lengkap Seputar Budidaya Lele konsep Kolam Terpal LELE BIO FLOK | BIO MAKSI
PT. MAKSIPLUS UTAMA INDONESIA
AGEN DISTRIBUTOR RESMI MAKSIPLUS
AGEN DISTRIBUTOR RESMI PUPUK MAXIGROW
AGEN DISTRIBUTOR RESMI PROASSAUDAH
Mobile - 0819 1653 9805
Whatsapp / SMS - +62819 1653 9805
Jual Kolam Terpal Bulat untuk Budidaya Ikan Lele serta Pembuatannya
jual kolam terpal lele medan | Kolam Terpal
kolam terpal medan | Kolam Terpal
Jual Kolam Terpal di Medan
Jual Kolam Terpal Siap Pakai Berbentuk Bulat dan Persegi
Budidaya Lele Sistem Bioflok
BUDIDAYA IKAN DI KOLAM TERPAL
Kolam lele BioMaksi medan
Jasa Pasang Kolam lele BioFlock BioMaksi medan
Jasa Pemasangan Kolam lele BioFlock BioMaksi medan
Jual kolam bioflok biomaksi lengkap komplit