Mengenal Kawasan Konservasi Kepulauan Aru Bagian Tenggara

Media Penyuluhan Perikanan - Suaka Alam Perairan Kepulauan Aru Bagian Tenggara terletak di Maluku Tenggara, Maluku. Kawasan konservasi ini menempati lahan seluas 114.000 hektar. Diresmikan sebagai cagar alam berdasarkan Menhut No. 72/Kpts-II/1991, 2 April 1991. Luas kawasan terestrial adalah 64.000 Ha dan luas kawasan laut adalah ± 50.000 Ha.

Untuk mencapai Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Aru Bagian Tenggara dari Ambon harus di tempuh dengan menggunakan pesawat atau kapal laut ke Tual, dilanjutkan dengan kapal Ferry selama 11 jam ke Dobo. Dari Dobo ke Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Aru Tenggara tidak selalu tersedia sarana transportasi umum. Untuk menuju daerah tersebut, harus menyewa ketinting, kapal motor kayu, speed boat 80PK milik perusahaan local atau speed boat milik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Aru. Perjalanan dari Dobo ke kawasan cagar alam memakan waktu selama 14-18 jam dengan ketinting atau kapal motor kayu, sedangkan dengan speed boat 80PK perjalanan memerlukan waktu selama 6-9 jam. Sebenarnya, ada juga angkutan laut regular (kapal perintis) yang melayani rute Dobo ke desa-desa
sekitar kawasan cagar alam yang berlabuh di Desa Batu Goyang (salah satu desa di Pulau Trangan), namun jadwal satu bulan sekali dan belum terlalu efektif sehingga masih jarang dimanfaatkan oleh masyarakat.

Pulau Enu
Secara astronomis Kabupaten Kepulauan Aru terletak antara 134⁰2’59”BT-134⁰54’35 BT dan 5⁰19’50LS-7⁰6’13,56”LS. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Aru yakni 6.374,80 km2 dan memilki 187 Buah pulau. Berdasarkan klasifikasinya ,terdapat 5 buah pulau besar yakni Pulau Wokam, Kobror, Maekor, Tragen dan Koala. Secara administratif Kabupaten Kepulauan Aru terdiri dari 3 kecamatan yakni Kecamatan Aru dengan Ibukota Dobo, Kecamatan Aru Tengah dengan Ibukota Benjina dan Kecamatan Aru Selatan dengan Ibukota Jerol. Pulau Enu merupakan bagian dari Kecamatan Aru selatan.

Pulau Karang
Pulau Karang yang merupakan salah satu dari 8 pulau kecil terluar (perbatasan) di Kabupaten Kepulauan Aru, termasuk dalam wilayah Kecamtan Aru Selatan. Letak astronomis Pulau Karang adalah antara 07⁰01’08”LS-134⁰41’26” BT. Perhitungan menggunakan data lapangan dan setelah dikonfirmasi dengan hasil analisis peta serta data citra satelit, total luas rataan pasang surut Pulau Karang berdasarkan data landsat 7 ETM+ adalah 15,49 km2, dengan rataan pasang surut berpasir 3,38km2. Luas Pulau Karang mencapai 1,419 km2 dengan keliling pulau adalah 4,381 km.

Pulau Kultubai Selatan
Secara administratif, Pulau Kultubai Selatan yang merupakan salah satu dari 8 pulau kecil terluar (perbatasan) di Kabupaten Kepulauan Aru, termasuk dalam wilayah Kecamatan Aru Selatan yang tidak berpenghuni. Letak astronomis dari pulau Kultubai Selatan adalah antara 06⁰49’54”-LS 134⁰47’14”BT. Perhitungan menggunakan data survai dan setelah di konfirmasi dengan hasil analisis peta serta data citra satelit, total luas dataran P.Kultubai Selatan berdasarkan data landsat 7EMT+ adalah 26.808 km2 dengan keliling Pulau 30.31 km2.

Pengelolaan Konservasi Suaka Alam Perairan
Salah satu upaya pengembangan pengelolaan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan adalah dengan menerapkan konsep konservasi yang memberikan perlindungan bagi sumber daya pesisir di maksud. Sumberdaya pesisir ini salah satunya harus memenuhi persyaratan kelangkaan, berperan penting dalam ekosistem, tetapi juga memiliki daya tarik tersendiri bagi penggembangan kawasan ekowisata.

Setidaknya terdapat empat jenis organisme yang dilindungi (terdiri dari tiga jenis mamalia laut dan satu jenis reptilian) yang ditemukan pada perairan pesisir dan laut sekitar kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Aru ini, yang dapat dilindungi. Mamalia laut yang dimaksud adalah Lumba-Lumba, Dugong (Duyung) dan Paus. Lumba-lumba sering terlihat berenang pada perairan laut kawasan ini yang agak dalam sebagai jalur
migrasinya untuk berbagai tujuan hidup, terutama unuk mencari makan. Jenis Lumba-lumba yang dimaksud adalah Pseudorca crassidens, dan Globicephalla macrorhynchus. Sementara jenis dugong yaitu Dugong dugon sering hadir pada perairan pesisir kawasan ini berkaitan dengan tujuan memanfaatkan jenis-jenis lamun sebagai sumber makanannya. Pengamatan di lapangan menunjukkan adanya bekas-bekas jalur makan
dari Dugong. Sementara itu, secara temporal jenis paus yaitu Physeter catodon (Sperm Whale) sering juga terlihat melintasi perairan pesisir dan laut sekitar kawasan yang relatif dalam.

Di lain pihak, hasil-hasil penelitian memberikan informasi bahwa sebanyak 4 jenis penyu yang menggunakan pantai kering P.Enu untuk bertelur atau perairan pesisir sebagai tempat mencari makan. Jenis-jenis penyu itu adalah penyu hijau (Chelonia mydas),Penyu sisik (Lepidochelys Olivacea) dan penyu pipih (Natator depressus). Hampir seluruh areal pantai kering P. Enu merupakan tempat bertelur yang ideal bagi penyu-penyu tersebut. Ironisnya, hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa hampir sepanjang pantai P.Enu di temukan bangkai-bangkai penyu yang berserakan.Hasil wawancara dan pengamatan langsung dari lapangan, ternyata bahwa banyak anggota masyarakat yang bermukiman di dekat P. Enu, yang karena ke tidaktahuan dan tuntutan ekonominya membuat mereka memburu dan membantai reptilian ini.

Kenyataan-kenyataan di atas semakin mengukuhkan pentingnya dilakukan pengembangan dan pengelolaan konservasi di P. Enu. Namun hal tersebut harus dimulai dengan kegiatan penyadaran masyarakat melalui pedekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat, meningkatkan intensitas penyuluhan-penyuluhan perikanan dan kelautan serta sejumlah kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan-pelatihan di bidang perikanan tangkap dan perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Kemudian perlu juga dilakukan sosialisasi peraturan-peraturan perikanan, penguatan kapasitas kelembagaan dan peningkatan kapabilitas fungsi pengawasan terhadap berbagai pelanggaran yang terjadi.

Sumber :
Suraji, dkk. 2010. Mengenal Potensi Kawasan Konservasi Perairan Nasional - Profil  Kawasan Konservasi Perairan Nasional. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Comments

Popular posts from this blog

Teknik - Teknik Penyimpanan Ikan Di Dalam Palka

Pemijahan Ikan Lele Melalui Penyuntikan Hormon Buatan

Mengenal Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Ikan Segar