Teknik Persiapan Pemijahan Ikan Betutu
Media Penyuluhan Perikanan - Lokasi untuk budi daya ikan betutu hams mempertimbangkan
ketinggian tempat, keadaan tanah, keadaan air, dan keadaan lingkungan setempat.
1. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat (lokasi) usaha budi daya ikan betutu,
baik usaha pembenihan, pendederan, maupun pembesaran, hams diperhatikan dengan
saksama. Ketinggian tempat berhubungan erat dengan temperatur udara dan
temperatur air yang merupakan faktor pembatas bagi ikan betutu. Seperti
diuraikan di depan bahwa ikan betutu dapat hidup dengan baik pada suhu air 19°C
- 29°C. Dengan demikian, ikan betutu akan dapat hidup baik pada ketinggian
tempat dari 0 - 500 m di atas permukaan laut karena pada ketinggian tersebut suhu
air akan berkisar 19°C - 29°C.
2. Keadaan Tanah
Lahan untuk budi daya ikan betutu harus dipilih yang
tanahnya subur sebab kesuburan kolam dan air kolam tergantung pada kesuburan
tanah. Tanah dasar kolam yang aimya subur akan banyak ditumbuhi plankton sebagai
pakan alami bagi ikan. Tanah yang subur ditandai dengan pertumbuhan tanaman
yang subur di lahan tersebut.
Tanah untuk kolam juga hams dipilih dari jenis tanah liat
yang tidak sarang/porous, tidak terlalu berpasir dan juga tidak terlalu
berlumpur. Tanah yang cukup liat cukup kedap air sehingga air kolam tidak cepat
meresap ke dalam tanah. Demikian juga, pematang atau tanggul yang dibuat dari
tanah yang cukup liat tidak mudah longsor, apalagi jika pembuatan tanggul
dipadatkan dan ditanami rumput. Dasar kolam yang sedikit berlumpur sangat baik
untuk ikan betutu karena ikan tersebut suka membenamkan diri di dalam lumpur.
Tanah yang terlalu berlumpur akan mempersulit pemanenan ikan betutu karena hams
membalik-balik tanah dasar untuk mencarinya ketika panen. Di samping itu, tanah
dasar kolam yang berlumpur dapat menyebabkan ikan betutu mabuk karena insangnya
kemasukan lumpur. Tanah dasar kolam akan lebih baik lagi jika ditumbuhi tanaman
air sebagai tempat ikan berlindung dan bersembunyi sehingga merasa lebih aman.
3. Keadaan Air
Ikan betutu termasuk ikan labirin sehingga tahan terhadap
kondisi air yang kurang baik, misalnya air kolam yangjarang berganti atau hanya
sedikit terjadi pergantian air. Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada pH air
5,5 - 7,5 dengan suhu air berkisar 19°C
- 29°C. Ikan betutu juga cukup tahan terhadap kadar amonia dan ILS yang cukup
tinggi dan juga tahan terhadap air keruh.
Walaupun ikan betutu tahan terhadap kondisi air yang kurang
baik, namun air kolam yang digunakan untuk membudidayakan ikan betutu tersebut
sebaiknya selalu berganti. Kualitas air kolam yang baik akan mendorong
pertumbuhan ikan betutu lebih sempuma. Penggantian air dapat dilakukan dengan cara
mengalirkan air barn yang bersih ke dalam kolam. Penggantian air kolam
sebaiknya dilakukan sesering mungkin supaya ikan betutu yang dipelihara tetap
sehat dan lebih cepat menjadi besar.
4. Keadaan
Lingkungan Kolam
Lingkungan kolam juga sangat berperan pada keberhasilan
budi daya ikan betutu. Lingkungan kolam yang tenang dan tidak sering terganggu
oleh adanya kegiatan-kegiatan di sekitar kolam akan membuat ikan betutu dapat
hidup lebih nyaman.
Dasar kolam diusahakan agar ditumbuhi tanaman air, misalnya
tumbuhan Hidryla dan Salvinia. Di dalam kolam pemeliharaan ikan betutu
sebaiknya juga tersedia pakan alaminya dengan cara ditebari ikan cetui atau
ikan cere, anak ikan mujahir, dan anak ikan gambusa. Di dalam kolam
pemeliharaan ikan betutu sebaiknyajuga disediakan tempat-tempat persembunyian
berupa potongan-potongan pipa pralon, potongan bambu, tumpukan kayu, atau ban
bekas agar ikan betutu yang dipelihara dapat berlindung dan bersembunyi
sehingga merasa lebih nyaman dan aman.
B. SARANA DAN
PRASARANA PEMBENIHAN
Setelah menemukan lahan yang memenuhi syarat untuk usaha
budi daya ikan betutu, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan sarana dan
prasarana pembenihan berupa kolam/bak pemeliharaan induk, kolam/bak pemijahan,
kolam/bak penetasan dan perawatan telur, kolam/bak perawatan benih (kolam
pendederan), dan peralatan-peralatan pendukung lainnya seperti heater, aerator,
atau blower.
1. Kolam
Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk ikan betutu dapat dilakukan di kolam
beton atau di kolam tanah. Bentuk bak/kolam pemeliharaan induk dapat dibuat
empat persegi panjang atau bujur sangkar. Dari pengalaman di lapangan, induk
ikan yang dipelihara dalam kolam tanah lebih baik dan lebih sehat daripada yang
dipelihara di kolam/bak dari beton. Kemungkinan, induk ikan yang dipelihara
dalam kolam beton sering menabrak dinding beton yang keras pada waktu kaget
atau menyergap mangsanya sehingga mengalami stress atau terluka.
Kolam pemeliharaan induk dapat dibuat dengan ukuran 2 m x 3
m x 1 m dan kedalaman air ± 60 cm. Kolam
seluas ini dapat dipakai untuk memelihara 20 ekor induk ikan betutu dan jika
dipakai untuk pemijahan dapat menampung 5 pasang induk ikan betutu.
Untuk lebih sempumanya di dalam kolam atau bak ini diberi
potong pralon ukuran 3 dim sepanjang 40 cm atau 50 cm atau, tempayan bekas,
bisa juga potongan asbes yang dibentuk prisma, gunanya untuk tempat ikan
berlindung supaya tidak mudah stres.
2. Kolam/Bak
Pemijahan
Seperti halnya kolam induk, kolam pemijahan dapat terbuat
dari beton (permanen) dengan ukuran 2 m x 3 m x 1 m dengan ketinggian air ± 50
cm - 60 cm. Kolam pemijahan dilengkapi dengan alat atau tempat berlindung,
sekaligus sebagai alat penempel telur. Alat-alat ini dapat terbuat dari asbes
berukuran 40 cm x 40 cm yang dibuat bentuk prisma atau dari potongan pipa
pralon berdiameter 3 dim sepanjang 40 cm - 50 cm atau dari ban bekas yang
dipotong-potong atau tempayan yang sudah tak terpakai.
3.
Kolam Penetasan dan Perawatan Telur
Kolam/bak perawatan telur dan penetasan telur sekaligus
dipakai untuk perawatan larva hingga
umur± 10 - 15 hari. Pemindahan larva ikan sangat rawan karena kondisi tubuhnya masih terlalu lemah. Oleh karena
itu, jika larva anak ikan akan
dipindahkan ke kolam/bak lain sebaiknya dilakukan bila anak ikan sudah dapat bergerak cepat dan sudah dapat mencari
makan sendiri.
Kolam/bak penetasan telur pada prinsipnya sama dengan kolam
pemeliharaan induk dan kolam pemijahan, hanya ketinggian aimya yang berbeda.
Ketinggian atau kedalaman air pada kolam/bak penetasan dan perawatan larva
hanya sekitar ± 30 - 40 cm. Kolan/bak penetasan telur dilengkapi dengan aerator
dan heater. Kolam penetasan ini dapat digantikan dengan akuarium yang
berkapasitas ± 40 liter air. Akuarium yang digunakan untuk penetasan telur juga
harus dilengkapi dengan aerator/blower, heater, dan selang untuk mensifon air
ketika membuang kotoran di dasar akuarium serta untuk mempermudah pembuangan
air.
4.
Kolam Pendederan
Kolam pendederan pada prinsipnyajuga sama dengan kolam
pemeliharaan induk. Kolam pendederan dapat sekaligus dipakai sebagai kolam
pembesaran. Jika dipakai untuk pembesaran, maka harus diadakan penjarangan
dengan cara mengurangi populasi benih dan benih ikan yang diambil dipelihara di
kolam lain.
Kolam pendederan benih sangat dianjurkan untuk memakai
kolam dengan dasar tanah agar plankton dapat tumbuh dengan subur sehingga
tersedia cukup banyak pakan alami
yang dibutuhkan oleh benih ikan. Ukuran kolam pendederan dapat dibuat lebih luas, yakni 10 m x 10 m x 1,5 m
dengan ketinggian air berkisar
antara 60 - 80 cm.
C.
PENYIAPAN INDUK JANTAN DAN BETINA
Calon induk ikan betutu yang akan dipijahkan harus
diseleksi terlebih dahulu untuk
mendapatkan induk ikan yang berkualitas baik dan memiliki produktivitas yang tinggi. Induk yang berkualitas tinggi akan
menghasilkan keturunan yang
berkualitas tinggi pula.
Ikan betutu yang belum matang kelamin memang sangat sulit
untuk dibedakan jenis kelaminnya,
kecualijika kita sudah berpengalaman. Di samping memiliki kualitas yang baik,
induk ikan betutu yang akan dipijahkan sebaiknya
dipilih yang sudah matang kelamin (matang gonad).
Ciri-ciri induk ikan betutu betina yang matang kelamin
(matang gonad) adalah sebagai berikut :
1. badan berwarna lebih gelap dan bercak-bercak hitamnya
pekat,
2. perut membesar ke arah anus dan bila diraba terasa
lunak/empuk,
3. papilla urogenitalis berwama merah cerah berupa tonjolan
memanjang dan lebih melebar serta membulat,
4. gerakannya menjadi lebih lamban,
5. sehat, tidak cacat, dan tidak mengalami luka-luka.
Sedangkan ciri-ciri induk ikan betutujantan yang matang
kelamin (matang gonad) adalah sebagai berikut :
1. badan berwarna lebih terans dan bercak-bercak hitamnya
lebih terang (agak pucat) bila dibandingkan dengan yang betina,
2.
badan dan perut ramping,
3. papilla urogenitalis berbentuk segitiga pipih dan kecil
serta berwarna kemerah-merahan,
4. sehat, tidak cacat, dan tidak mengalami luka-luka.
Induk ikan betutu betina ataupun indukjantan yang siap
dipijahkan biasanya bemkuran 250 - 500 g
dan panjang badan antara 30 - 40 cm. Calon induk ikan
betutu tersebut dapat dipilih dari kolam pembesaran sendiri atau dari orang
lain. Calon induk ikan betutu tersebut dipelihara secara tersendiri selama 30
hari dan diberi pakan yang cukup dengan kandungan protein minimal 40 %.
D. PEMELIHARAAN
INDUK IKAN BETUTU
Induk ikan betutu yang akan dipijahkan hams diberokan
terlebih dahulu. Artinya, induk jantan dan induk betina dipelihara secara
terpisah di dalam kolam sendiri-sendiri. Setiap hari induk-induk ikan betutu
tersebut diberi pakan alami berupa ikan-ikan kecil, udang air tawar atau
cacahan daging ikan rucah, dan diberi pakan buatan dengan kadar protein 40 %.
Air dalam kolam/bak pemeliharaan induk hams diganti sesering mungkin atau
dialiri air secara terus-menerus. Dosis pemberian pakan kurang lebih 10 % dari
berat total induk ikan setiap harinya.
Referensi:
Mulyono
D., 1999. Budi Daya Ikan Betutu.
Penerbit Kanisius, Jakarta.
MAS ILS itu apaan
ReplyDelete