Budidaya Ikan Nila Srikandi di Tambak

Media Penyuluhan Perikanan -  Ikan nila Srikandi merupakan strain ikan nila unggul toleran salinitas tinggi hingga ±30 ppt yang diproduksi oleh Balai Penelitian Pemulian Ikan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Ikan nila Srikandi dirakit
dengan tujuan untuk mendapatkan strain ikan nila yang mampu tumbuh cepat di perairan payau sehingga dapat dibudidayakan pada kawasan pesisir.

Ikan nila Srikandi merupakan hasil perkawinan silang antara ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) betina dengan ikan nila biru (Oreochromis aureus) jantan. Ikan nila hitam yang digunakan merupakan strain ikan nila unggul hasil seleksi yang mempunyai keunggulan dapat tumbuh cepat pada perairan tawar. Ikan nila biru (Oreochromis aureus) merupakan ikan yang berasal dari Afrika Utara danTimur Tengah. Ikan nila biru mempunyai keunggulan berupa daya toleransi yang tinggi di perairan payau. Perkawinan silang antara kedua spesies ikan tersebut menghasilkan ikan nila Srikandi yang mempunyai karakter tumbuh cepat di perairan payau (salinitas 10-30 ppt). Performa ikan nila Srikandi lebih unggul dibandingkan strain ikan nila lainnya pada saat pengujian multilokasi di beberapa lokasi tambak dengan salinitas 10-30 ppt.

Aplikasi teknis
Kegiatan pembesaran ikan nila Srikandi di tambak meliputi tahap persiapan, penebaran, pembesaran dan pemanenan. Ikan nila Srikandi dapat dibesarkan pada tambak secara semi 2 intensif dengan padat tebar 3-5 ekor/m dengan pemberian pakan tambahan. Pembesaran secara polikultur dengan udang dapat dilakukan dengan padat tebar rendah 1-2 ekor/m .

Alat dan bahan
Peralatan yang digunakan meliputi :
  1. Peralatan pengukur kualitas air yang terdiri atas: termometer, hand-refraktometer, pHmeter, DO-meter, test kit amoniak serta peralatan pengukuran lainnya
  2. Peralatan lapangan yang terdiri atas: pompa air, cangkul, timbangan, jaring, blong pakan, ember, alat panen serta peralatan lain yang dibutuhkan
Bahan yang digunakan meliputi:
  1. Pakan pembesaran dengan komposisi lengkap dengan kandungan protein > 25 %
  2. Kapur tohor (CaO) dengan dosis 100 Kg/Ha- 300 Kg/Ha atau kapur pertanian (CaCO3) dengan dosis 500 Kg/Ha– 1.000 Kg/Ha
  3. Pupuk sumber nitrogen dan sumber posfat berupa pupuk organik dan pupuk anorganik
  4. Obat dan vitamin ikan, bahan kimia dan biologi yang terdaftar dan aman digunakan
Persiapan tambak:
Proses persiapan tambak menjadi salah satu kunci keberhasilan pembesaran ikan nila Srikandi di tambak. Persiapan tambak yang baik akan menekan kematian benih pasca penebaran. Persiapan tambak pembesaran meliputi :
  1. Pengeringan tambak dan pengangkatan lumpur
  2. Penjemuran dasar tambak hingga kering selama 3-7 hari hingga retak-retak
  3. Pengapuran tanah apabila pH tanah kurang dari 6
  4. Perbaikan pematang, saluran air serta pemasangan saringan dengan mesh-size 1 mm dan 2,5 mm pada pintu pemasukan dan pengeluaran air
  5. Pemasukan air secara bertahap dengan ketinggian awal + 10 cm
  6. Pemberantasan hama dengan menggunakan saponin sebanyak 10 – 20 mg/l dan dibiarkan selama 3 – 4 hari
  7. Penumbuhan pakan alami dengan pupuk organik atau anorganik sebagai sumber nitrogen dan phosphat dengan perbandingan 4 : 1 dan dibiarkan selama 4-6 hari
  8. Pengisian air hingga ketinggian minimal 80 cm dan dibiarkan 3 – 5 hari.
Penebaran benih
Benih yang digunakan berukuran minimal 3-5 cm dengan kualitas yang baik. Benih yang digunakan harus sudah diaklimatisasi atau dilakukan proses penyesuaian salinitas agar sesuai dengan salitas tambak pembesaran. Benih ikan nila Srikandi diproduksi di kolam air tawar sehingga harus ada proses aklimatisasi dengan menempatkan benih dalam kolam khusus bersalinitas 10 ppt. Selanjutnya salinitas kolam ditingkatkan sebanyak 5 ppt per hari hingga salinitas kolam penampungan sesuai dengan salinitas tambak. Setelah salinitas sama dengan salinitas tambak maka benih dibiarkan selama 24 jam tanpa diberi pakan agar siap dilakukan
pengemasan.

Penebaran benih dilakukan secara hati-hati pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress sehingga kematian benih pasca peneberan dapat ditekan. Penebaran dilakukan dengan menempatkan benih beserta kantong packing selama 10 – 20 menit agar suhu air dalam kantong dan suhu air tambak relatif sama. Selanjutnya kantong dibuka perlahan dan dimiringkan sehingga benih dapat berenang keluar kantong. Penebaran benih harus memperhatikan padat tebar yang digunakan.

Pembesaran ikan
Pembesaran ikan dilakukan selama 3 – 4 bulan sesuai dengan ukuran ikan yang diinginkan. Pembesaran selama 3 bulan dengan pemberian pakan yang cukup akan menghasilkan rerata bobot ±200 g. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan siang hari menjelang sore sebanyak 2 – 3 % biomassa per hari. Pakan yang diberikan mengandung protein > 25 % dengan ukuran sesuai dengan bukaan mulut ikan. Jumlah pakan harian dihitung dengan memperkirakan rerata bobot ikan dikalikan dengan perkiraan jumlah ikan serta prosentasi pakan yang digunakan. Pemberian pakan harian dapat ditambah atau dikurangi dengan melihat kondisi ikan, nafsu makan serta kondisi lingkungan. Pada saat cuaca mendung atau hujan biasanya nafsu makan ikan sangat rendah sehingga pemberian pakan sebanyak 2 % biomassa akan banyak tersisa. Selama pemeliharaan dilakukan pemantuan kesehatan ikan serta kualitas air pemeliharaan. Monitoring kualitas air dilakukan secara periodik agar sesuai dengan persyaratan sebagai berikut :

Monitoring kesehatan ikan dan lingkungan dilakukan secara periodik. Hal ini untuk mengantisipasi adanya perubahan yang mendadak yang dapat mengakibatkan kematian ikan. Adanya fluktuasi salinitas secara mendadak lebih dari 10 ppt akan mengakibatkan kematian ikan. Apabila salinitas mulai berubah harus segera dilakukan penanganan dengan memasukkan air baru sehingga salinitas tetap terjaga. Pada umumnya salinitas tambak akan menurun secara drastis apabila curah hujan tinggi selama beberapa hari. Hal ini harus diantisipasi dengan melakukan pemasukan air payau secara rutin.

Data hasil monitoring dianalisis untuk digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan kualitas air, kesehatan, dan pemberian pakan serta untuk perencanaan dalam pemeliharaan selanjutnya. Seluruh data hasil monitoring dicatat atau direkam sehingga terdapat dokumentasi yang lengkap dan dapat ditelusuri.

Pemanenan
Pemanenan ikan dilakukan dengan menurunkan ketinggian air sehingga ikan berkumpul di daerah paling dalam atau di dalam caren. Selanjutnya dilakukan penangkapan ikan menggunakan jaring. Panen dapat dilakukan secara total atau bertahap dengan menyeleksi ikan yang ukurannya sudah sesuai. Pemeliharaan selama 3-4 bulan sesuai petunjuk di atas akan menghasilkan rerata bobot antara 200-250 gram/ekor dengan sintasan > 80 %.

Sumber :
Anonymous. 2013. Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Comments

Popular posts from this blog

Teknik - Teknik Penyimpanan Ikan Di Dalam Palka

Pemijahan Ikan Lele Melalui Penyuntikan Hormon Buatan

Mengenal Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Ikan Segar